Rabu 21 Maret 2018
Apa rasanya berniat sedekah tetapi ternyata orang yang kau tuju malah memberimu lebih banyak?
Hari itu aku dan temanku berencana untuk reuni kecil-kecilan. Tapi karena beberapa alasan akhirnya kami pergi agak sore. Aku sangat menyukai suasana cafe sore hari, dan salah satu cafe di kawasan Kuliner Sinjai bersatu adalah favoritku. Aku duduk saja disana menghabiskan waktu selama 3 jam dan menghabiskan uang 45 ribu untuk minuman dan makanan, ya 3 porsi minuman dan pisang goreng, hanya itu. Untukku berdua dengan temanku. Aku akui, aku berlebihan sekali hari itu, aku memesan minuman seharga 15 ribu per gelas sebanyak 2 porsi. Uang yang ku kantongi 50 ribu kini tersisa 5ribu rupiah.
Pukul 17.00 aku dan temanku pulang, dan di jalan pulang aku lalu bertemu dengan penjual roti keliling yang sering skali ku lihat di jalan, seorang bapak tua, kurus, kecil, dengan suara yang sangat lembut dan bersahabat. Aku berkali-kali melewati bapak itu tapi tak pernah sekalipun ku sempatkan untuk membeli roti jualannya yang harganya jauh lebih murah dibandingkan minuman dan makanan cafe favoritku. Karena hari itu aku berhenti sejenak menunggu mobil lewat untuk menyebrang, kuputuskan untuk menepi dan bermaksud membeli roti bapak itu karena d kantongku masih ada 5ribu rupiah. Aku turun lalu bertanya ke bapak itu, "berapa harganya pak?" "2rbu nak" ku keluarkan uang selembarku, "kalau begitu saya beli 2 pak" jadi total 4 ribu, masih ada kembalian 1rb, pikirku, dalam hati aku tersenyum, sisa uangku tak akan kuminta, itu artinya aku bisa sedeqah ke bapak itu. Tapi apa yang terjadi kemudian? Bapak itu malah memberiku roti sebanyak 4 buah. Kalau di total harganya 8rb sementara uangku hanya 5ribu. Aku menolak sungguh sangat menolak, tapi bapak itu hanya tersenyum lalu pergi. Ya Allah, bagaimana ini? Bagaimana aku? Jahat sekali aku, pelit sekali aku. Betapa pelitnya aku, aku yang dengan mudah mendapatkan uang hanya kupakai untuk gaya hidupku. Sepersen saja tdk cukup jika di hitung untuk kuberikan kepada orang lain, padahal aku tau, ada hak orang lain di setiap rejeki yang kita dapatkan. Betapa hinananya aku ya Allah, betapa malunya aku, aku malu pada Allah, aku malu pada bapak itu yang ternyata mampu memberiku lebih banyak.
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah..
Semoga Allah memudahkan jalan rejeki mu bapak😇😇
Apa rasanya berniat sedekah tetapi ternyata orang yang kau tuju malah memberimu lebih banyak?
Hari itu aku dan temanku berencana untuk reuni kecil-kecilan. Tapi karena beberapa alasan akhirnya kami pergi agak sore. Aku sangat menyukai suasana cafe sore hari, dan salah satu cafe di kawasan Kuliner Sinjai bersatu adalah favoritku. Aku duduk saja disana menghabiskan waktu selama 3 jam dan menghabiskan uang 45 ribu untuk minuman dan makanan, ya 3 porsi minuman dan pisang goreng, hanya itu. Untukku berdua dengan temanku. Aku akui, aku berlebihan sekali hari itu, aku memesan minuman seharga 15 ribu per gelas sebanyak 2 porsi. Uang yang ku kantongi 50 ribu kini tersisa 5ribu rupiah.
Pukul 17.00 aku dan temanku pulang, dan di jalan pulang aku lalu bertemu dengan penjual roti keliling yang sering skali ku lihat di jalan, seorang bapak tua, kurus, kecil, dengan suara yang sangat lembut dan bersahabat. Aku berkali-kali melewati bapak itu tapi tak pernah sekalipun ku sempatkan untuk membeli roti jualannya yang harganya jauh lebih murah dibandingkan minuman dan makanan cafe favoritku. Karena hari itu aku berhenti sejenak menunggu mobil lewat untuk menyebrang, kuputuskan untuk menepi dan bermaksud membeli roti bapak itu karena d kantongku masih ada 5ribu rupiah. Aku turun lalu bertanya ke bapak itu, "berapa harganya pak?" "2rbu nak" ku keluarkan uang selembarku, "kalau begitu saya beli 2 pak" jadi total 4 ribu, masih ada kembalian 1rb, pikirku, dalam hati aku tersenyum, sisa uangku tak akan kuminta, itu artinya aku bisa sedeqah ke bapak itu. Tapi apa yang terjadi kemudian? Bapak itu malah memberiku roti sebanyak 4 buah. Kalau di total harganya 8rb sementara uangku hanya 5ribu. Aku menolak sungguh sangat menolak, tapi bapak itu hanya tersenyum lalu pergi. Ya Allah, bagaimana ini? Bagaimana aku? Jahat sekali aku, pelit sekali aku. Betapa pelitnya aku, aku yang dengan mudah mendapatkan uang hanya kupakai untuk gaya hidupku. Sepersen saja tdk cukup jika di hitung untuk kuberikan kepada orang lain, padahal aku tau, ada hak orang lain di setiap rejeki yang kita dapatkan. Betapa hinananya aku ya Allah, betapa malunya aku, aku malu pada Allah, aku malu pada bapak itu yang ternyata mampu memberiku lebih banyak.
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah..
Semoga Allah memudahkan jalan rejeki mu bapak😇😇