Senin, 16 Agustus 2021

Si pemilih yang kesepian


 Ya aku memang pemilih, standar ku memang terlalu tinggi untuk seorang laki-laki yang akan kujadikan pasangan. Untuk itulah aku masih memilih sendiri.


Laki-laki yang mau menjadi pasanganku, harus laki-laki yang mengerti segala tentang aku, dia harus paham aku tidak suka makanan pedas, aku tidak suka susu fullcream, aku tidak suka makanan bersantan, aku tidak suka menunggu, ya aku tidak sabaran memang. Dia harus memahami ku lebih dari aku memahami diriku sendiri, bahwa aku sangat egois, aku mudah sekali baper, aku mudah marah dan mudah tersinggung, dia harus tau bahwa aku suka bercanda tapi aku tak suka di bercandai.

Lelaki yang mau dijadikan pendamping olehku, haruslah laki-laki yang siap untuk direpotkan, karena aku sangat manja, aku tidak bisa membuka botol air minum, aku tidak membuka bungkus permen, aku tidak suka naik motor ketika panas matahari dan ketika malam hari, aku harus selalu di bonceng, laki-laki yang mau denganku harus tau bahwa aku mabuk ketika naik mobil dan duduk dibelakang, dia harus siap dengan aku yang sangat suka merengek dan mengungkit masa lalu ketika sedang kesal.

Jika dia mau denganku, dia harus selalu mengabariku tanpa membuat aku bosan dengan kabarnya, dia harus nyambung ketika kuajak ngobrol apapun, entah pekerjaan, keluarga, teman, buku, bakso paling enak, Boba yang tidak keras, atau kopi yang rasanya pas, dia harus nyambung segala hal denganku.

Aku memang pemilih, laki-laki yang suka padaku itu harus memberiku semangat dipagi hari dengan suaranya yang khas, dia tidak boleh mengingatkanku makan atau sholat, dia hanya perlu mengajakku makan bersama dan mengirimiku pap ketika dia habis sholat.

Lelaki yang ingin bersamaku harus aku tau kemanapun dia pergi dan dengan siapa, dia harus membalas pesanku, dan dia harus tau kalau aku sangat membenci yang namanya cemburu dan khawatir.

Aku pemilih ? Standarku terlalu tinggi? Iya, karena aku hanya ingin menikah dan jatuh cinta sedalam dan selamanya dengan orang yang sama sampai aku mati.

Jumat, 06 Agustus 2021

Titik Terendah


Hariku hancur, pagi ini aku melihat pengumuman bahwa aku tidak lulus seleksi disalah satu lowongan pekerjaan yang kulamar, lalu menyusul seseorang yang kusukai, tiba-tiba pamit untuk meninggalkan aku.

Belum lagi semalam, perusahaan tempat ku bekerja, ternyata belum bisa membayar gaji karyawannya secara full selama 4 bulan.

Hariku sakit, tak tau lagi harus kemana dan berbuat apa, aku memutuskan untuk mengambil libur hari ini. Tak bekerja karena pikiran sedang kacau balau.

Hariku berantakan, saat harusnya aku punya pundak lain untuk bersandar, tapi kenyataannya, aku sendirian, dan harus memeluk erat semuanya dengan lengan sendiri.

Hariku tak karuan, aku sendirian, tak ada siapapun, aku masih disini, diatas sajadah sejak subuh tadi, skincare pagiku tak berguna sebab ditimpa air mata berkali-kali.

Mataku lebam kanan kiri. Ragaku seperti hancur termakan ekspektasi.