Kamis, 13 Januari 2022

Terimakasih Berau

 Hari kepulangan ku dari Berau,

Setelah setahun lebih menjadi warga Berau yang sangat amat dimudahkan dalam segala hal, akhirnya hari itu tiba.

Hari dimana kembali harus menemui realita kehidupan di kota besar, yang dipenuhi hedonisme.

Hari dimana pemandangan setiap aku buka mata padatnya kendaraan, ramenya pusat perbelanjaan, riuhnya antrian makanan cepat saji.

Aku tahu, Aku akan sangat merindukan kehidupan damai di Berau, 

Aku pasti akan sangat rindu mereka semua, Bang Radian, orang yang sangat sangat baik, tidak ada kata untuk kebaikan orang ini (kalimat pertama yang sukses membuat air mata akhirnya mengalir). Aku berhenti beberapa lama memikirkan apa yang akan kutulis tentang bang Radian, sialnya aku tidak menemukan kalimat paling tepat menggambarkan kebaikannya, secara pribadi aku ingin sekali menemuinya, pamit dan bersalaman. 

Bang Yudi, Abang pengayom yang selalu mengiyakan apapun yang aku minta, kopi, mic, bahkan kerjaan.

Marni, Sahabat, saudara, si kocak yang random, jam 2 malam menghubungi untuk makan, setiap hari menelpon, bertanya sudah makan atau belum. Ingin sekali rasanya memeluk erat si cewek tomboy ini.

 Rama, si anak baik hati, yang guyonannya selalu nyambung, paling suka mendengarkan segala curahan, paling siap diajak kemanapun, si pemilik senyum manis.

Dayat, Kaka laki-laki pemberi tanpa pamrih, sebagian  besar tulisan berita onlineku, disokong laki-laki kulit putih ini, aku ingin sekali memberinya hadiah, tapi itu sama saja aku pamit kan, hehe aku tidak sanggup.

Adam, laki-laki cerewet yang selalu siap dengan kamera, selalu mengirim foto tanpa basa basi, selalu menjadi planner untuk liburan bermakna kami.

Seno, anak baru yang gaulnya minta ampun, selalu sibuk mengurusi tetek bengek banyak orang, pekerja keras tanpa embel-embel. Sen, kamu harus jadi orang sukses. Harus!

Renata, sahabat cantik yang beberapa waktu terakhir menjadi gandengan di setiap liputan. Mungkin cuma aku yang menganggap kita begitu akrab, tapi aku sangat menyayangi Renata, kagum dengan kecerdasan Renata, kadang ingin seperti Renata yang suka dan jago sekali dalam hal jualan.

Bang Samuel, Abang-abang humas, yang paham aku sangat detail, Nita suka ngemil kan, ini ambil aja cemilannya, Nita biasa tidur jam berapa? Nita pasti suka ngopi kan? Abang-abang humas yang suaranya lembut sekali.

Bang Ari Ajudan, abangku yang membawaku memulai semua ini, yang pertama kali membawaku melihat indahnya Berau, Derawan, Maratua, Biduk-biduk, Kaniungan, labuan Cermin, Abangku yang sewaktu pindah jabatan, membuat patah hati begitu dalam. Abangku yang tidak pernah membuat siapapun menunggu tanpa kepastian.

Mba Amel, kakak perempuan ku di Berau, menemani belanja apapun, suka sekali memberiku barang dan makanan , suka sekali mengajakku bergerak mencari berita, memberi nasihat apapun, saran apapun. Mbak, aku menangis untuk mengucapkan mba kakak perempuan nita.

Embul, Tak pernah bosan membuat tertawa. Walau kadang bercandanya suka keterlaluan, tapi dia salah satu teman yang kadang membuatku lupa waktu ketika mengobrol. Tetap lucu ya mbul.

Miko, gondrong lembut tutur, yang selalu menyokong aku dengan berita tv, selalu memberi lebih dari apa yang aku minta, selalu penuh tanda tanya, selalu susah ditebak, yang sedari awal aku disini, setiap pagi selalu bertanya ke Ikbal "kamu nda ajak Nita liputan?".

Ikbal, kakak laki-laki, selalu jadikan tameng, apapun keadaannya, kalau ada yang tanya aku selalu ngomong, "di Berau aku ada kakak, namanya ikbal", siap siaga ketika aku sakit, siap siaga dimintai tolong, selalu khawatir kalau aku pergi jauh, sedari awal bersama Miko, mengenalkan ku dengan yang lainnya, yang sejak awal aku dsini, bersamaku hampir setiap hari,Ikbal juga mencarikan aku tempat tinggal nyaman, sampai aku bertemu dua hal yang kusebut sebagai anugerah besar yang Tuhan berikan selama aku di Berau, Micha dan mamanya.

Sofi, aku menganggapnya sebagai sahabat perempuan, menolongku tanpa kata tapi, tak peduli sedang apa, ketika aku bertanya, butuh bantuan, dia akan langsung mendatangi, sebagian besar yang kualami di Berau, Sofi juga ikut mengalaminya, dulu dia adalah satu2nya teman Perempuanku di Berau, sebelum punya motor, dia yang selalu meminjamkan motornya untuk liputan, hampir setiap hari kami makan di kantin polres, dia juga yang mengenalkan ku pada beberapa orang, yang banyak memberiku pelajaran, Sofi si pemberi hadiah kepadaku paling banyak selama aku di Berau.

Micha dan ka Desi mamanya, kusebut mereka anugerah langsung dari Tuhan, sejak kepindahan kamar kostku, aku bertemu mereka, dua orang penyayang dan sedari pagi menjadi penyapa paling manis di balik pintu, memanggilku dengan nama "Hay", menjadikanku anak dan kakak Micha, setiap makanan yang dimakan Micha selalu ada bagian untukku, setiap pagi sebelum bangun, sudah ada sarapan diatas meja untukku, tak pernah dia memasak tanpa berbagi kepadaku, Micha yang tak bisa seharipun aku tak melihatnya, kalau aku liputan jauh, selalu kirim foto atau vc, sekedar untuk melihat pipi tembem bakpaunya. Kelak ketika besar, semoga Micha tetap jadi anak kuat dan baik.

Arif Wahyud, om Agus, Rizal, om Lalu, bang Bobi, Bang Wawan, Enjel, kak Hasan, Ariffatul, Fuad, bang Hamid, pak Heri, om Ery, kak Edi dan keluarganya, Juna, Om Ded, ibu Surlina, bapak, tetangga kost yang ramah, pemilik warung depan gang yang selalu ngasih bonus kardus, pak Pinem, pak Suradi, 

Aku tak tau kesan tulisan diatas untuk kalian, mungkin sudah bisa dilihat bahwa betapa aku merepotkannya ketika di Berau.

Yang pasti, mereka Semua orang baik yang membuatku sangat merasa berharga, orang-orang baik yang membuatku aku selalu menangis kalau ada pembahasan mutasi disetiap rapat.

Aku menguatkan diriku untuk tidak pamit, aku berbohong kalau aku hanya pergi sementara, aku berusaha keras menjadikan kebohonganku ini suatu kenyataan, padahal, aku harus pindah dalam jangka waktu yang lama, entah sampai kapan.

Aku berusaha keras untuk tidak pamit agar keadaan tidak membuat aku merasa kehilangan, lalu akhirnya menangis. Aku berusaha keras untuk menerima segala hal yang datang dan pergi tanpa peduli perasaanku.

Hehe, akhirnya aku menangis juga. 

Entah benar disayangi atau tidak, tapi aku merasa sangat di sayangi dalam setahun terakhir ini, walaupun mereka pasti sadar bahwa aku sangat menyebalkan, setiap hari merepotkan, setiap hari minta berita, setiap hari mengomel, setiap hari minta jemput, setiap hari ditraktir makan, setiap Minggu ikut liburan ke Derawan atau Maratua.

Apapun itu, aku sangat sangat menyayangi mereka semua, andai ada kesempatan, ingin sekali rasanya membelikan mereka semua hadiah perpisahan, mungkin boneka, jam, topi, sepatu, atau mungkin salaman hangat. Sayangnya aku terlalu lemah untuk hanya mengucapkan "terimaksih banyak, sampai jumpa lagi".

Untuk semua yang ku sayangi di Berau, sampai kapanpun aku sangat menyayangi kalian, sampai kapanpun aku tidak pernah sanggup untuk berpisah dengan kalian, walaupun nilai aku diantara kalian sama saja ada atau tidak. Tapi bagiku kalian sangat berharga.

Suatu hari, aku ingin sekali mengunjungi kembali tempat-tempat yang pernah memberikan aku kenangan luar biasa, baik itu kesakitan, kebahagiaan, perjuangan. Aku ingin mengunjungi kembali tempat itu dalam kondisi manusia paling berbahagia, kaya raya, dan berbeda. 

Aku ingin mereka yang pernah kutemui di tempat itu merasa kagum dan tak henti bertanya perihal hidup yang kujalani setelahnya. Aku ingin suatu hari, aku bisa berterimakasih langsung pada mereka yang pernah kutemui.

Aku harap, ada kekabulan atas ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar