Andai bisa melewati satu hari di setiap Maret,
Satu hari terakhir di bulan Maret,
Tepat dihari ulang tahun.
Kupikir yang menyakitkan saat memasuki ramadan, aku lupa bahwa ramadan kali ini bersamaan dengan ulang tahun.
Sakitnya combo, ada yang benar-benar hilang dan dengan cara apapun tidak akan pernah kembali.
Rasanya dihari itu aku ingin menyetel ingatan, hanya mengingat semua kenangan saat masih lengkap, berkumpul diruang tamu, dengan hidangan nasi tumpeng buatan ibu. Setelah magrib beberapa keluarga akan datang dan berbasa-basi, "sudah ulang tahun ke berapa?,"
Hidup setelah kehilangan tentu tidak akan sama. Setiap kali ada yang menyakiti, rasa sakitnya dua kali bahkan tiga kali lipat.
Tidak hanya pada fisik, tetap juga pada hati.
Tidak heran jika orang yang kehilangan pijakan, biasanya memasang tameng "jangan jahat-jahat sama aku, soalnya aku yatim,"
Aku terluka di betis, awalnya hanya gatal biasa tapi kugaruk sampai memerah, dikasi minyak kayu putih juga gatalnya sembuh biasanya, tapi aku menangisinya semalaman.
Andai gatal-gatal ini bisa kuceritakan, pasti ada saja celetukannya yang mengundang tawa. Bukannya khawatir, lukanya malah jadi terlupakan setelah bicara dengannya.
Pagi ini, 9 hari menuju ulang tahun. Hujan menyambut pagi Penajam.
Hujannya diluar rumah, tapi pipi ikut basah. Habis sahur biasanya tidur, tapi kerinduan lagi-lagi mengalahkan kantuk.
Bersama turunnya hujan, selalu ada keinginan tak masuk akal, bagaimana bisa melangkahi 31 maret itu?
Ulang tahun bukan sesuatu yang penting juga buatku, tapi tiba-tiba jadi sangat menyakitkan setelah menyadari, bahwa tahun ini, untuk pertama kalinya aku tak melewatinya bersama cinta pertama.
🥀